Coto Makassar = salah satu kuliner Nusantara yang sejarahnya paling “sacred ritual” based sebenarnya.
Beda dari mie ayam / bakso Jawa yang banyak berkembang dari pedagang migran – Coto Makassar ini lebih tua, lebih ke kuliner kerajaan / ritual / pesta rakyat Sulawesi Selatan.


asal usul / sejarah ringkas Coto Makassar

  • Coto Makassar diperkirakan sudah ada sejak era Kerajaan Gowa (sebelum VOC masuk)
    jadi kuliner pra VOC
  • pada masa itu sapi adalah hewan sangat mahal, jadi konsumsi sapi hanya untuk ritual adat besar / upacara kerajaan / mappalili / pesta panen / acara bangsawan
  • karena itu Coto digunakan sebagai makanan penyambutan tamu penting / raja / upacara adat
  • pembuatan kuahnya menggunakan rempah lokal + kacang tanah tumbuk → ini yang membedakan dari soto nusantara lain
    (soto Jawa / soto Sumatra mostly bukan pakai kacang)
  • penggunaan jeroan lengkap / kepala / bagian non-prestise sapi → karena “respect” kepada hewan korban ritual (tidak buang bagian apa pun)

kenapa disebut COTO bukan SOTO

bahasa Bugis / Makassar itu tidak pakai huruf “S” khusus pada konteks tersebut
perubahan dialektis → Soto = Coto
itu bukan branding komersial, itu adalah dialek lokal asli.


perkembangan modern

  • setelah masa kolonial → distribusi sapi naik → ritual menurun → masuk jadi makanan harian
  • warung coto menyebar keluar Sulsel mulai kuat di era 70an—90an (migrasi besar mahasiswa / perantau dari Makassar, Bone, Gowa ke Jawa & Kalimantan)
  • Coto Makassar yang paling icon → Parubutung / Daeng Tata (legacy Gowa)
  • lalu Burasa / Ketupat sebagai pasangan resmi tradisional
    (bukan nasi)

summary one liner yang bisa kamu pakai di konten / riset

Coto Makassar adalah kuliner kerajaan Gowa berbasis sapi yang awalnya hanya disajikan untuk upacara ritual dan bangsawan, dengan kuah rempah + kacang tanah yang memisahkannya dari soto nusantara lain.


kalau kamu mau, aku bisa bikinkan PPT sejarah kuliner “Coto Makassar” format presentasi (10 slide) jadi bisa kamu pakai buat tugas / konten.

mau aku bikinkan PowerPoint nya?
kalau iya → kamu mau style-nya formal akademik atau storytelling documentary (cocok TikTok / Reels narasi)?

Categories:

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *