
1. Awal mula
- Usaha ini dirintis oleh Slamet Riyanto, yang mulai berjualan bakso melalui gerobak pikul keliling kampung-kota di sekitar tahun 1970-an. detikfood+2detikfood+2
- Nama “Titoti” sendiri berasal dari gabungan sufiks nama anak-anak pemilik: “Ti” dari Nuryanti, “To” dari Hartanto, “Ti” dari Susanti (atau versi lain ada menyebut Diana Susanti) sehingga menjadi “Titoti”. detikfood+1
- Setelah tahap gerobak pikul, berkembang ke gerobak dorong, kemudian membuka warung tetap. Misalnya warung pertama di depan kantor pajak Kalibata, sebelum akhirnya pindah ke lokasi yang lebih besar. detikfood
2. Perkembangan Usaha
- Di era 1980-an hingga 1990-an, Bakso Titoti mulai dikenal sebagai beliau “bakso legendaris” di kawasan Jakarta dan sekitarnya. kumparan+1
- Usaha berkembang dari satu titik ke banyak cabang. Menurut laporan tahun 2020, mereka memiliki sekitar 18 cabang. detikfood+1
- Cabang-cabang menjangkau Jakarta, Tangerang, Bogor, bahkan kembali ke kabupaten asal (yakni di Wonogiri, Jawa Tengah). detikfood+1
3. Keistimewaan Produk
- Bakso Titoti dikenal karena bakso urat yang kenyal dan memiliki daging sapi berkualitas. Mereka memilih daging bagian belakang sapi (panasar + penutup) agar teksturnya lebih kenyal. detikfood+1
- Kuah kaldunya juga menjadi pembeda: menggunakan tulang sapi (sum-sum) sehingga kuah agak keruh, rasa gurih kuat. detikfood
- Menu berkembang dari bakso polos/urat saja, ke varian seperti bakso telur, campuran tahu/kikil, mie bakso, dsb. detikfood+1
- Harga-harga yang relatif terjangkau untuk kualitas “legendaris”. Misalnya di satu cabang disebut mulai dari Rp 19.000-an untuk bakso polos. detikfood
4. Kondisi Sekarang
- Saat ini Bakso Titoti tetap mempertahankan resep dan cita rasa asli sejak zaman awal. Mereka menyatakan bahwa “tidak ada perubahan sama sekali” dalam resep inti mereka agar kualitas tetap. kumparan+1
- Cabang-cabang tersebar di wilayah Jabodetabek dan Jawa Tengah (termasuk kabupaten asal Wonogiri) – memudahkan akses pelanggan dari berbagai kota.
- Lokasi cabang umum sudah berupa restoran/rumah makan dengan fasilitas parkir, ruang makan yang lebih luas dibanding gerobak awal. Contoh: cabang di Jl. Lawu Ngablak Tasikmadu (Karanganyar) disebut memiliki ruang lesehan, parkir luas. Pesona Karanganyar+1
5. Catatan & Nilai Budaya
- Kisah dari gerobak pikul hingga punya banyak cabang mengandung nilai kegigihan, adaptasi bisnis kuliner Indonesia yang mulai dari skala kecil hingga skala menengah/besar.
- Memiliki identitas daerah (dari Wonogiri) namun berhasil merambah ke ibu kota – menunjukkan bagaimana kuliner lokal bisa “go metropolitan”.
- Model menjaga kualitas terus-menerus menjadi salah satu faktor keberlangsungan usaha dalam jangka panjang di sektor kuliner.
Selain Dari Kendaraan Pribadi Bisa Dijangkau Oleh Angkutan Umum Seperti Bus, Mini Bus Dan Taxi Online
No responses yet